Jakarta, 28 Agustus 2025 – Politisi sekaligus Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, kembali menjadi sorotan publik setelah ucapannya yang menyebut istilah “Orang Tolol Sedunia” viral di media sosial. Pernyataan tersebut ia lontarkan dalam sebuah forum terbuka yang disiarkan secara daring.
Dalam kesempatan itu, Sahroni awalnya membahas soal fenomena perdebatan politik yang kerap tidak berdasar. Ia menyinggung bahwa banyak orang lebih suka menyebarkan opini tanpa data dan bukti.
“Kalau ada orang bicara asal-asalan tanpa fakta, ya itu sama saja seperti ‘Orang Tolol Sedunia’,” kata Sahroni sambil tersenyum, Kamis (28/8).
Reaksi Publik
Ucapan itu langsung menuai berbagai reaksi. Sebagian publik menganggap pernyataan tersebut sebagai kritik keras terhadap kelompok yang gemar menyebarkan hoaks, sementara yang lain menilai Sahroni tidak pantas menggunakan kata-kata kasar.
Di media sosial, tagar #OrangTololSedunia sempat menjadi trending. Netizen terbelah antara yang mendukung pernyataan Sahroni dan yang mengecamnya.
Seorang pengguna X (Twitter) menulis:
“Ucapan Ahmad Sahroni itu benar, banyak yang asal ngoceh tanpa data. Tapi sebaiknya bahasa politisi jangan merendahkan.”
Sementara pengguna lain menilai:
“Lucu juga sih, istilah ‘Orang Tolol Sedunia’ pas banget buat yang hobinya nyebar hoaks.”
Respons Sahroni
Menanggapi polemik tersebut, Ahmad Sahroni menegaskan bahwa ucapannya bukan untuk menyerang pribadi atau kelompok tertentu, melainkan sebagai sindiran terhadap perilaku yang tidak mengedepankan akal sehat dalam berdebat.
“Saya hanya ingin mengingatkan, jangan sampai bangsa ini dipenuhi oleh orang yang suka bicara tanpa logika. Itu berbahaya,” tegasnya.
Pengamat Menilai
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Fajar Nugroho, menilai ucapan Ahmad Sahroni memang tajam tetapi perlu diperhatikan konteksnya.
“Bahasa politik kita seringkali kasar. Di satu sisi, itu bisa menyentil publik agar sadar. Namun di sisi lain, bisa dianggap tidak beretika. Politisi seharusnya tetap menjaga tutur kata,” jelas Fajar.
Penutup
Meski menuai pro dan kontra, Ahmad Sahroni kembali menegaskan bahwa kritiknya ditujukan untuk mendorong masyarakat agar lebih cerdas dan kritis. Namun, pernyataannya tetap meninggalkan perdebatan mengenai etika komunikasi politik di ruang publik.